Kualitas program pendidikan bergantung tidak saja pada
konsep-konsep program yang cerdas tapi juga pada personil pengajar yang
mempunyai kesanggupan dan keinginan untuk berprestasi. Tanpa personil yang
cakap dan efektif, program pendidikan yang dibangun di atas konsep-konsep yang
cerdas serta dirancang dengan teliti pun dapat tidak berhasil. Pentingnya
kesanggupan dan gairah personil dalam pelaksanaan program telah mendorong
banyak kepala sekolah untuk menuntut tanggung jawab lebih besar dalam rekrutmen
dan seleksi personil.
Pentingnya keterlibatan para kepala sekolah yang lebih
besar dalam administrasi personil semakin diakui. Pertama, perumusan kembali
peranan kepala sekolah dalam pembaruan pendidikan telah membawa kepada kesimpulan
perlunya perluasan peranan kepala sekolah sebagai meliputi tanggung jawab dalam
mengembangkan program dan kepemimpinan pengajaran, dalam memelihara, memajukan,
dan memperlancar pemerataan kesempatan pendidikan; dan dalam mengerahkan
kekuatan mengerahkan kekuatan organisasi untuk perbaikan kondisi mengajar
belajar. Sebagai pemimpin unit pelaksana yang penting, kepala sekolah dipandang
sebagai partner para pejabat senior di departemen pendidikan dalam
mengembangkan kemampuan personil pengajaran untuk melayani berbagai tuntutan
baru terhadap pendidikan.
Kedua, kepemimpinan dan manajemen sekolah menjadi
bertambah kompleks berkenaan dengan jumlah maupun keragaman personil sekolah,
khususnya di sekolah-sekolah menengah yang besar. Perubahan-perubahan sosial, perbedaan
yang meningkat dalam fungsi-fungsi, adminsitratif dan edukatif, dan pertumbuhan
dalam ukuran sekolah, semuanya menambah dimensi baru kepada tugas kewajiban
administrasi sekolah.
Mengingat faktor-faktor tersebut di atas, tanggung jawab
administratif menuntut dari para kepala sekolah memiliki kemampuan dan
keterampilan dalam administrasi personil yang memadai. Karenanya telah menjadi
tuntutan bahwa kepala sekolah ikut memikul tanggung jawab akan keberhasilan
maupun kegagalan personil sekolah. Kesanggupan administrtaif yang lebih tinggi
dalam: (1) memperoleh dan memilih personil yang cakap, (2) membantu personil
menyesuaikan dengan segera kepada tugas baru, (3) menggunakan personil dengan
lebih efektif, dan (4) menciptakan kesempatan untuk perkembangan personil
secara kontinu adalah esensial.
Pengertian Rekrutmen
Rekrutmen secara umum didefinisikan sebagai pencarian dan
pengadaan calon pegawai yang berkualitas dan potensial sehingga organisasi
dapat menyeleksi orang-orang yang paling sesuai bagi kebutuhan kerja yang ada.
Secara spesifik rekrutmen adalah serangkaian aktivitas dan proses yang
digunakan secara legal untuk memperoleh sejumlah orang-orang yang berkualitas
pada ruang dan waktu yang sesuai sehingga orang-orang dan organisasi dapat
memilih satu sama lain minat jangka pendek dan jangka panjang.
Makna dari istilah tersebut ditujukan oleh rasio/nisbah
antara jumlah pelamar dan jumlah formasi yang tersedia. Jelaslah kiranya
apabila hanya ada satu nisbah satu lawan satu, seorang pencari kerja untuk satu
formasi pekerjaan, mungkin kita tidak berada dalam satu kondisi yang
menguntungkan untuk menyelenggarakan penyaringan pegawai. Sebaliknya, apabila
ada ratusan pencari kerja untuk suatu pekerjaan, mungkin dapat memperoleh
seorang pegawai yang lebih cakap.
Perekrutan pegawai sering dianggap sebagai kondisi yang
melegakan, sedangkan penyaringan pegawai dianggap suatu yang menyulitkan.
Perekrutan pegawai dipandang suatu hal yang melegakan, karena perekrutan
pegawai memberikan kesempataan kepada siapa saja yang melamar pekerjaan secara
kompetitif. Penyaringan pegawai dipandang menyulitkan karena menyeleksi pencari
kerja dan hanya yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan organisasi. Kegiatan
penyaringan pegawai dapat dibuat selektif dengan jalan membatasi permohonan
kepada kelompok khusus. Dalam kondisi tertentu mungkin terdapat kesempatan yang
lebih menguntungkan untuk memperoleh pegawai yang memenuhi harapan organisasi.
Namun demikian, perekrutan pegawai kebanyakan merupakan suatu fungsi yang
positif untuk mencari, menentukan, dan menarik para pencari kerja untuk mengisi
formasi pekerjaan.
Pada umumnya seorang pencari kerja, dalam organisasi
tertentu karena didasarkan salah satu alasan dari tiga alternatif berikut:
a. Pencari kerja memilih
pekerjaan secara bebas karena mereka mengira bahwa pekerjaan tersebut akan
sangat cocok dengan dirinya;
b. Pencari kerja berbuat demikian
karena mereka tidak memiliki konsep dan pemahaman yang jelas mengenai
kualifikasi dirinya dan mengira bahwa organisasi tersebut sama menariknya
seperti organsiasi lain yang mana pun;
c. Pencari kerja tidak memiliki
alternatif yang jelas karena keterbatasan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penetapan alternatif tersebut seringkali dilakaukan calon
pegawai yang terdidik secara baik, sehingga dapat memilih satu dari sejumlah
pekerjaan khusus dalam organisasi besar yang sedang mengadakan kompetisi untuk
mendapatkan jasa mereka. Kegagalan dalam meraih pilihan terjadi dalam setiap
tingkatan sosial dan merupakan dampak sikap pasif terhadap lingkungan.
Pilihan ekonomis terpaksa diambil terutama oleh pegawai
yang berpendidikan rendah yang memiliki peluang makin kecil ke dalam suatu tata
perekomian yang secara teknologi makin maju dan modern.
Apabila seorang pencari kerja disuruh menentukan satu
alternatif secara bebas, biasanya mereka akan mencari keberuntungan psikologis
yang agak tersembunyi. Mereka mencari pekerjaan di organisasi sejauh dapat
memberikan keberuntungan psikologis baginya.
Dengan demikian, pegawai yang berorientasi pada
keselamatan dirinya akan tertarik pada perusahaan yang secara paternalistik
kuat. Sedangkan pegawai yang ambisius akan mencari organisasi yang dianggapnya
lebih memberikan kemungkinan untuk maju dan mendukung prestasi atau paling
tidak mencerminkan keunggulan organisasi. Pegawai yang tergolong cukup mampu
atau cukup beruntung, umumnya tertarik pada pekerjaan yang dapat memberikan
pembayaran tambahan, bonus, insentif, dan komisi tinggi. Pegawai yang takut
akan efek menurunnya pendapatan (revenue)
yang tak dapat diproyeksikan sebelumnya, akan mencari gaji (salary) yang tinggi. Pegawai yang
sanagat tertarik pada gejolak sosial dan keterlibatan dalam kemelut zaman, akan
tertarik pada organisasi yang bersedia menjalankan eksperimen dan inovasi.
Pegawai yang suka terlibat dalam berbagai persoalan biasa dengan pemecahan yang
rutin, akan mencari pekerjaan yang relatif konstan dan stabil.
Pencari kerja yang bergantung pada majikannya karena
ketidakmampuan menentukan alternatif atau karena tidak memilih alternatif, akan
mendapatkan hal-hal yang tidak menguntungkan. Pengembangan kariernya mungkin
mengalami kelambanan atau sama sekali tidak berkembang.
Pertimbangan yang matang dalam menentukan seleksi khusus
kepada calon pegawai merupakan prioritas utama. Kondisi psikologis pegawai
harus sejalan dengan kondisi organisasi.
2.
Tujuan dan Pentingnya Rekrutmen
Tujuan umum rekrutmen adalah untuk menyiapkan sejumlah
calon pegawai yang berkualitas dan potensial bagi organisasi. Tujuan spesifik
rekrutmen adalah sebagai berikut:
a. Untuk menetapkan kebutuhan
rekrutmen organisasi masa sekarang dan yang akan datang hubungannya dengan
perencanaan SDM dan job analysis.
b. Untuk meningkatkan sejumlah calon
pelamar kerja dengan biaya minimum.
c. Untuk membantu meningkatkan
angka keberhasilan dari proses seleksi dengan menurunkan sejumlah pelamar kerja
yang bermutu rendah (underqualified)
atau bermutu terlalu tinggi (overqualified)
dengan jelas.
d. Untuk membantu menurunkan
kemungkinan pelamar kerja yang setelah direkrut dan diseleksi, akan hengkang
dari organisasi setelah beberapa saat kemudian.
e. Untuk memenuhi tanggung jawab
organisasi bagi program tindakan persetujuan dan hukum lain serta kewajiban
sosial yang berurusan dengan komposisi pegawai.
f. Untuk mengawali identifikasi
dan menyiapkan pelamar kerja potensial yang akan menjadi calon pegawai yang
sesuai.
g. Untuk meningkatkan keefektifan
organisasi dan individu dalam jangka pendek dan panjang.
h. Untuk mengevaluasi keefektifan
teknik dan pencarian rekrutmen yang beragam dari semua jenis pelamar kerja.
3.
Sumber dan Metode Perekrutan
Perekrutan pegawai dapat ditentukan dari berbagai sumber.
Prioritas utama dititik beratkan pada orientasi manajemen pegawai berdasarkan
pertimbangan dan kebijakan yang diambil. Keseimbangan penentuan sumber mungkin
merupakan hal yang perlu mendapat pertimbangan manajemen SDM. Namun, ini tidak
menjamin bahwa kelangsungan organisasi bergantung pada keseimbangan penentuan
sumber pegawai. Yang jelas, masa depan organisasi salah satunya bergantung pada
kelihaian manajemen SDM dalam menentukan dan memilih pegawai yang cakap, sesuai
dengan motif orientasi organisasi. Secara garis besar penetuan sumber pegawai
dapat dilakukan dengan dua sumber, yakni perekrutan dari internal organisasi
dan perekrutan dari eksternal organisasi.
a.
Sumber Internal Organisasi
Sumber internal meliputi pegawai sekarang, rekan-rekan
pegawai, pegawai sebelumnya, dan pelamar sebelumnya. Promosi, penurunan pangkat
dan pemindahan juga dapat menyediakan pelamar bagi departemen-departemen atau
divisi-divisi dalam organisasi. Pegawai saat ini merupakan sumber pelamar kerja
dalam dua hal: mereka dapat mengacu kepada rekan-rekan terhadap organisasi, dan
mereka juga dapat menjadi pelamar oleh mereka sendiri dengan transfer promosi
potensial.
Promosi. Hal yang berkaitan dengan promosi dari dalam telah
meninggalkan beberapa argumen. Salah satunya bahwa pegawai internal
kualifikasinya lebih baik. ”bahkan pekerjaan yang tidak kelihatan unik perlu
mengenali orang-orang, prosedur, kebijakan dan karakteristik khusus dari organisasi
yang mereka laksanakan. Yang lainnya bahwa pegawai yang merasa lebih aman dan
untuk mengidentifikasi minat jangka panjang dengan organisasi yang menyediakan
mereka pilihan pertama dari peluang kerja. Ketersediaan promosi dalam suatu
organisasi, juga dapat memotivasi pegawai untuk bekerja, dan promosi internal
dapat lebih hemat bagi organisasi baik waktu maupun uang.
Transfer. Cara kritis yang lain untuk merekrut secara internal
dengan memindahkan pegawai saat ini tanpa promosi. Transfer seringkali penting
dalam penyediaan pegawai dengan lebih luas berbasis pandangan organisasi. Oleh
karena itu, pemberian transfer dapat merupakan cara memperoleh pelamar kerja
dari luar organisasi sesama seperti dari dalam.
Metode Internal
Lowongan kerja dapat dicari melalui pengumuman pada papan
pengumuman, dari mulut ke mulut, surat personalia organisasi, daftar promosi
berdasarkan kinerja, rating potensial yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas
penilaian, daftar senioritas, dan daftar yang dihasilkan oleh inventarisasi
skill dalam departemen SDM organisasi. Metode yang paling sering digunakan
meliputi penempatan pekerjaan dan kontrak informal.
Penempatan kerja. Sebuah metode yang secara jelas
menampilkan pembukaan kerja saat ini, memperluas undangan terbuka bagi semua pegawai
dalam suatu organisasi. Hal ini melayani tujuan-tujuan berikut ini:
Memberikan peluang bagi pertumbuhan dan pengembangan
pegawai
Memberikan peluang yang sama bagi kemahiran semua pegawai
Menciptakan keterbukaan yang lebih luas dalam organisasi
dengan membuat kesempatan yang diketahui oleh semua pegawai.
Meningkatkan kesadaran staf dari perolehan gaji, gambaran
kerja, promosi umum dan prosedur transfer, dan apa yang merupakan kinerja yang
efektif.
Mengkomunikasikan tujuan dan sasaran organisasi dan
memberikan setiap individu kesempatan untuk menemukan kesesuaian personal dalam
struktur kerja organisasi.
Program Rekomendasi Pegawai. Program
rekomendasi pegawai (ERPs) merupakan iklan dari mulut ke mulut di mana pegawai
diberi wewenang untuk mencalonkan pelamar yang trampil bagi organisasi. Metode
ini merupakan cara rekrutmen biaya rendah per pengangkatan, meskipun dalam
beberapa hal kandidat yang berasal dari organisasi luar. Metode ini bermanfaat bagi
pencarian pelamar dalam pasokan jangka pendek dan kandidat manajerial.
b. Sumber Eksternal Organisasi
Rekrutmen secara internal tidak selalu menghasilkan
pelamar kerja yang kualifikasinya cukup, terutama bagi organisasi yang tumbuh
pesat atau yang memiliki permintaan luas bagi profesional yang berbakat tinggi,
trampil, dan pekerjaan manajerial. Rekrutmen dari luar memiliki sejumlah besar
keuntungan, termasuk membawa orang dengan gagasan-gagasan baru.
Walk-ins (pelamar yang datang ke organisasi).
Penggunaan walk-ins dalam rekrutmen terutama lazim bagi para pelamar kerja juru tulis dan pabrik/jasa. Dalam metode walk-ins, para individu menjadi para pelamar dengan datang memasuki kantor kerja organisasi. Metode ini, seperti ERPs, relatif bersifat informal dan tidak mahal dan hampir sama efektifnya dengan rekomendasi pegawai dalam mempertahankan calon pegawai yang satu kali pengangkatan. Tidak seperti rekomendasi, calon pegawai non rekomendasi mengetahui sedikit tentang ketersediaan kerja spesifik dan bisa datang tanpa rekomendasi implisit dari pegawai saat ini. Hal ini bisa merugikan dibandingkan dengan rekomendasi, karena pegawai saat ini enggan untuk mengacu atau merekomendasi calon pegawai yang tidak merasa puas.
\
Agen Kerja.
Agen-agen kerja merupakan sumber yang baik pegawai sementara – dan sumber pegawai tetap yang paling unggul. Agen-agen kerja bisa negeri ataupun swasta. Agen-agen kerja swasta cenderung melayani dua kelompok calon pegawai: profesional atau manajerial dan pekerja kasar (unskilled), agen kerja memainkan peran yang penting dalam peerkrutan calon enaga kerja pegawai profesional dan manajerial. Meskipun berhasil, biaya organisasi jauh lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh.
Agen Kerja.
Agen-agen kerja merupakan sumber yang baik pegawai sementara – dan sumber pegawai tetap yang paling unggul. Agen-agen kerja bisa negeri ataupun swasta. Agen-agen kerja swasta cenderung melayani dua kelompok calon pegawai: profesional atau manajerial dan pekerja kasar (unskilled), agen kerja memainkan peran yang penting dalam peerkrutan calon enaga kerja pegawai profesional dan manajerial. Meskipun berhasil, biaya organisasi jauh lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh.
Agen-agen Bantuan Sementara.
Pada saat yang sama bahwa agen perekrutan swasta memberikan calon pegawai lowongan yang ”waktu penuh”.
Agen Bantuan sementara mewakili berbagai organisasi. Para pekerja sementara juga memiliki kesempatan untuk bekerja dalam organisasi yang beragam, oleh karena itu mereka dapat memuaskan pilihan terhadap fleksibilitas jadwal dan beragam tempat kerja. Selanjutnya para pekerja sementara bisa menerima kompensasi langsung lebih tinggi dibandingkan dengan staf permanen, meskipun mereka juga umumnya tidak mendapatkan keuntungan tidak langsung.
Asosiasi dan Perkumpulan Organisasi.
Asosiasi organisasi dan profesional juga menjadi sumber penting bagi rekrutmen. Berita di surat kabar dan pertemuan tahunan sering menyediakan pengumuman tentang lowongan pekerjaan.. pertemuan tahunan juga dapat menawarkan para pengusaha dan para pelamar kerja yang potensial untuk bertemu. Masyarakat dan sekolah telah menerapkan ide ini dan saat ini telah mempertemukan banyak para pengusaha dan pencari kerja pada bursa kerja. Dengan terbatasnya waktu wawancara, bursa seperti ini merupakan langkah awal dalam proses rekrutmen. Namun demikian, mereka menyediakan alat efektif baik bagi pengusaha dan para pelamar kerja yang potensial untuk bertemu. Masyarakat dan sekolah telah menerapkan ide ini dan saat ini telah mempertemukan banyak para pengusaha dan pencari kerja pada bursa kerja. Dengan terbatasnya waktu wawancara, bursa seperti itu merupakan langkah awal dalam proses rekrutmen. Namun demikian, mereka menyediakan alat efektif baik bagi pengusaha maupun individu.
Sekolah. Sekolah dapat dikategorikan ke dalam tiga tipe; sekolah
lanjutan, sekolah kejuruan dan teknik, akademi dan perguruan tinggi. Semuanya
merupakan sumber rekrutmen penting bagi organisasi, meskipun kepentingannya
bervariasi tergantung pada jenis calon pegawai yang dicari. Contohnya, jika
sebuah organisasi akan merekrut calon pegawai manjerial, teknik, ataupun
profesional, maka akademi dan perguruan tinggi merupakan sumber yang paling
penting. Namun menjadi kurang penting ketika sebuah organisasi sedang mencari
pegawai pabrik/pelayanan dan juru tulis. Rekrutmen pada akademi dan perguruan
tinggi sering merupakan proses yang mahal, bahkan jika rekrutmen berlangsung
secara bertahao bagi penawaran kerja dan penerimaannya.
Pekerja asing (aliens).
Kekurangan nyata dari beberapa calon pegawai yang ada, termasuk tenaga profesional seperti insinyur ahli kimia, perawat, dan ahli geologi. Akibatnya para pengusaha mencari untuk mengangkat pekerja asing – seringkali dari negara yang jauh atau melalui kantor penempatan akademi.
Metode Eksternal
Banyak organisasi mencari calon pegawai dari semua jenis
dengan memesan iklan ekstensif di radio dn televisi, surat kabar daerah dan
surat kabar nasional.
Radio dan Televisi. Hanya sedikit
persentasi yang menggunakan radio dan televisi untuk mencari pegawai.
Organisasi merasa enggan untuk menggunakan media ini karena mereka khawatir
iklannya terlalu mahal, akan membuat organisasi kelihatan nekad atau merusak
citra konservatif organisasi. Namun, organisasi yang nekad untuk mencapai jenis
lowongan kerja tertentu, seperti pekerja yang terampil akan meningkatkan
pengeluaran rekrutmennya bagi iklan di radio dan televisi dengan hasil yang
menguntungkan.
Surat Kabar dan Jurnal Organisasi. Surat kabar
secara tradisional telah menjadi metode yang paling umum dalam rekrutmen
eksternal. Mereka mencapai sejumlah besar calon pegawai potensial yang
ongkosnya relatif rendah setiap pemuatan. Surat kabar juga digunakan untuk
merekrut semua jenis pekerjaan, dari yang paling tidak terampil sampai yang
paling tinggi keterampilannya dan jabatan top manajer.
Layanan komputer. Metode eksternal
yang lebih baru dan kurang umum adalah layanan rekrutmen komputer. Cara kerja
layanan ini sebagai penempatan daftar pembukaan kerja maupun mencari calon
pegawai.
Akuisisi dan Merger. Para pegawai
juga dapat diperoleh melalui akuisisi dan merger. Hasil yang signifikan dari
proses merger atau akuisisi merupakan sejumlah besar pegawai terlatih, beberapa
diantaranya tidak terkecuali dalam organisasi baru. Akibatnya, organisasi baru
secara potensial memiliki sejumlah besar calon pegawai (meskipun mereka pegawai
baru) yang sudah berkualitas. Sebagai hasil merger atau akuisisi pekerja baru
bisa diciptakan sebagai tambahan pekerjaan yang lama. Untuk pekerjaan baru ini,
pegawai yang terlatih menjadi calon pegawai yang potensial dan berkualitas.
Untuk pekerjaan lama (mereka yang tidak diganti), para pekerja tersebut menjadi
terlatih dari orang-orang yang paling berkualitas yang dapat diidentifikasi dan
diseleksi.
Tabel 1
Sumber-sumber Pelamar Kerja
Internal
|
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Moral orang yangdipromosikan Penilaian kemampuan lebih baik
Biaya rendah untuk beberapa pekerjaan
Motivator untuk kinerja yang baik
Harus mengangkat hanya pada tingkat awal (entry)
|
Pembawaan
Kendala moral yang mungkin timbul dari orang yang tidak
dipromosikan
Perebutan promosi ’secara politis’
Perlu program pengembangan manajemen yang kuat
|
Eksternal
|
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
”Darah baru”, perspektif baru
Lebih murah daripada pelatihan profesional
Tidak ada kelompok pendukung politis dalam organisasi
Bisa membawa rahasia pesaing, wawasan baru
Membantu memenuhi kebutuhan Equal Employment Opportunities (EEO)
|
Tidak bisa menyeleksi seseorang yang akan benar-benar
fit
Bisa menyebabkan kendala moral bagi para calon pegawai
internal
Penyesuaian yang lebih lama atau waktu untuk orientasi
Bisa membawa sikap ”ini merupakan cara yang biasa kami
lakukan pada organisasi XYZ”
|
Meskipun
organisasi menggunakan dua sumber internal dan eksternal pada rekrutmen, mereka
tidak selalu menghasilkan jumlah pelamar yang cukup seperti mereka inginkan,
atau menahan pekerja itu pada nilai-nilai organisasi. Khususnya dalam
persaingan pasar dan keahlian individu yang tinggi. Tetapi organisasi dapat
mempertinggi rekrutmen melalui tawaran yang diberikan, seperti bantuan relokasi
atau melalui penstabilan program pengembangan karier atau pengasuhan anak untuk
fasilitas pekerjaan di organisasi.
Mengetahui apakah calon tertarik, tergantung pada apakah
organisasi menarik bagi individu. Intinya apa yang membantu membuat organisasi
atraktif meliputi hakikat pekerjaan dan apakah itu tersedia bagi individu,
seperti kompensasi langsung maupun tidak langsung.
Meskipun seorang individu dapat mempelajari lowongan
pekerjaan melalui salah satu sumber, dia masih perlu mempelajari mengenai
hakikat pekerjaan dan kompensasi organisasi. Bagi seseorang mungkin pekerja
yang sudah ada sebagai sumber informasi, namun bagi individu lain justru
organisasi itu sendiri. Karena iklan, pamplet dan agen recruting terlalu umum
dalam menyampaikan informasi, organisasi sering kali perlu mempercayakan pada interview recruitment, khususnya untuk
calon dari luar di mana pengetahuan pekerjaan dan kompensasi perlu disampaikan.
Untuk calon dari dalam, mungkin informasi pekerjaan lebih kritis, termasuk
kesesuaian pekerjaan mungkin lebih cocok.
Pendekatan tradisional untuk rekutmen konsen pada
kesesuaian kemampuan pelamar dengan keahlian lowongan kerja. Pendekatan baru,
meskipun masih konsen pada kesesuaian keahlian, pengetahuan dan kemampuan, juga
konsen dengan kesesuaian kepribadian, ketertarikan, pilihan pelamar dengan
pekerjaan dan karakteristik organisasi. Dua komponen penting dalam pendekatan
baru rekrutmen adalah: interview pekerjaan dan program kesesuaian pekerjaan.
Interview Pekerjaan. Aspek penting
dalam proses rekrutmen adalah interview. Interview yang baik memberi pelamar
pada langkah-langkah realistik pekerjaan yang akan disenangi. Ini dapat berarti
membuat pelamar tertarik untuk bergabung dengan organisasi, sementara interview
yang tidak baik akan membuat banyak pelamar menolaknya. Menerima bahwa pelamar
sesuai dengan penyaringan, mereka harus diberi kesempatan untuk interview
dengan pengawas potensial dan para pekerja. Interview dengan pengawas potensial
sangatlah penting karena dengan orang yang akan membuat keputusan akhir.
Program Kesesuaian Pekerjaan. Kesesuaian
pekerjaan adalah langkah sistematis untuk mengidentifikasi kesesuaian keahlian,
pengetahuan, dan kemampuan kepribadian, ketertarikan, dan pilihan mereka juga
kesesuaian mereka pada lowongan kerja. Menyampaikan tekanan pada organisasi
untuk memelihara efektivitas rekrutmen, seleksi dan penempatan pada pekerja
lama atau baru, secara otomatis akan bermanfaat pada kesesuaian pekerjaan.
Di muka telah dikatakan betapa kesanggupan personil
pengajaran di sekolah dapat menentukan berhasil atau gagalnya program sekolah.
Satu jalan ke efektivitas sekolah bisa dibuat melalui tindakan administratif
untuk meningkatkan kriteria dan prosedur pemilihan anggota staf pengajar
sekolah. Prosedur seleksi yang gegabah, lebih-lebih jika pengangkatan personil
dilakukan tanpa seleksi sama sekali, dapat membawa kepada penumpukan personil
yang tidak mampu atau tidak cocok, yang menghambat usaha perbaikan daya guna
organisasi. Karena itu, suatu prosedur seleksi yang teliti adalah esensial
dalam mengisi setiap kedudukan di sekolah. Salah satu sumbangan paling besar
kepada efektivitas organisasi yang dapat dibuat oleh administrator sekolah ialah
unntuk menjamin bahwa prosedur dan kriteria seleksi membawa kepada penempatan
personil yang bermutu dan cocok.
Satu bagian penting dari tanggung jawab kepala sekolah
ialah untuk menciptakan prosedur yang logis dan memadai untuk menaksir
kebutuhan program sekolah akan personil serta menetapkan kualifikasi
profesional dan pribadi dari personil yang dibutuhkan itu. Kepala sekolah
hendaknya atau berusaha untuk memperoleh wewenang untuk melakukan fungsi-fungsi
ini atau ia menciptakan kerja sama yang erat dengan pejabat departemen
pendidikan yang diberi tanggung jawab tentang administrasi personil sekolah.
1.
Pengertian dan Tujuan Seleksi Pegawai
Penentuan untuk memilih pegawai yang diharapkan
organisasi memerlukan tindakan yang ilmiah dan rasional. Kegiatan untuk memilih
dan menentukan pegawai yang memenuhi kriteria dan harapan organisasi adalah
seleksi (selection). Dengan demikian,
seleksi pegawai adalah kegiatan untuk menentukan dan memilih pegawai yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan organisasi serta memprediksi
kemungkinan keberhasilan/kegagalan individu dalam pekerjaan yang akan diberikan
kepadanya.
Untuk memperoleh pegawai yang tepat, diperlukan metode
seleksi pegawai yang efektif. Namun kenyataannya, untuk dapat menentukan dan
memilih pegawai sesuai dengan yang diharapkan organisasi, sebenarnya tidak
dapat digantungkan pada metode seleksi pegawai yang efektif semata-mata, tetapi
juga banyak dipengaruhi faktor lain, misalnya analisis pekerjaan. Suatu metode
pegawai yang efektif merupakan hal penting untuk menentukan dan memilih pegawai
yang paling sesuai dengan harapan organisasi. Sebaliknya, apabila dalam
analisis pekerjaan tidak dapat ditetapkan syarat ketenagakerjaannya secara
tepat, organisasi tidak akan memperoleh pegawai yang tepat, karena seleksi
pegawai diadakan berdasarkan analisis pekerjaan.
Semakin banyak pencari kerja yang mengajukan lamaran
kepada organisasi, makin besar kesempatan untuk menentukan dan memilih pegawai
yang tepat. Sebaliknya, makin sedikit pencari kerja yang mengajukan lamaran
kepada organisasi, makin kecil kesempatan untuk menentukan dan memilih pegawai
yang benar-benar memenuhi kualifikasi sebagaimana yang diharapkan. Sudah
menjadi kesadaran sebagian besar pimpinan di Indonesia, baik pimpinan puncak
maupun pimpinan pegawai bahwa seleksi pegawai mutlak diperlukan. Bukan saja
demi terwujudnya keuntungan organisasi dalam waktu dekat, tetapi lebih banyak
ditujukan untuk menjamin kelangsungan organisasi. Masa depan organisasi sangat
bergantung pada pegawai yang diseleksi saat ini. Seleksi yang efektif akan
menghasilkan pegawai yang memenuhi kualifikasi sebagaimana yang menjadi harapan
organisasi. Sebaliknya seleksi pegawai yang sembarangan, hanya akan
menghasilkan pegawai yang pas-pasan.
Seleksi sebagai sebuah proses yang sangat terkait dengan
esensi sebuah organisasi, SDM merupakan kegiatan pengumpulan informasi guna
kepentingan evaluasi dan pembuatan keputusan menyangkut siapa yang akan
diterima sebagai karyawan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
Seleksi yang dilakukan secara efektif secara umum akan
sangat membantu organisasi untuk menghemat dana yang dimilikinya, karena akan:
a. dicapai
hasil (SDM) yang mampu memberikan kontribusi sesuai standar organisasi;
b. mampu mempekerjakan
para pelamar sebagai karyawan yang potensial yang diperolehnya secara adil, sah
menurut hukum, dan tidak diskriminatif;
c. mampu
memenuhi jadwal kerja atau kegiatan yang telah ditetapkan;
d. mampu menempatkan
para pelamar sebagai karyawan di posisi yang diminatinya;
e. mampu
mendukung tugas seleksi dan penempatan berikutnya (misalnya promosi dan
peralihan) secara lebih berguna.
f. mampu
menciptakan pertimbangan keunikan individual, kerja, organisasi, dan
lingkungan; bahkan berkemampuan mengadaptasikan pekerjaan atau organisasi
kepada individu.
2.
Kriteria Dasar Seleksi
Agar seleksi pegawai mencapai sasaran yang diharapkan,
harus mempertimbangkan prinsip-prinsip rasional, ilmiah dan objektif.
a.
Prinsip Rasional
Maksudnya, metode dan prosedur yang ditempuh dalam
seleksi pegawai dapat diterima akal sehat dan tidak terkesan dibuat-buat dengan
maksud menyulitkan calon pegawai. Oleh karena itu, agar metode dan prosedur
seleksi pegawai rasional, perlu ditangani oleh yang benar-benar profesional
sehingga tahu lingkup seleksi pegawai.
b. Prinsip
Ilmiah
Seleksi pegawai dilakukan sesuai dengan prosedur dan
tahapan ilmiah, yakni ditujukan untuk memperoleh konklusi ilmiah berdasarkan
postulat dan prasuposisi ilmiah tertentu. Artinya, seleksi pegawai dilakukan
melalui tahapan:
1) Mendefinisikan
masalah;
2) Menyatakan tujuan;
3) Merumuskan
hipotesis;
4) Mengumpulkan data
(verifikasi empiris);
5) Mengklasifikasi,
menganalisis, dan interpretasi hasil analisis;
6) Menarik
kesimpulan, menggeneralisasikan, dan menyatakan kembali atau mengembangkan
hipotesis baru.
c.
Prinsip Objektif
Prinsip objektif berarti dalam seleksi pegawai selalu
berpihak pada kenyataan yang ada. Pengaruh subjek dalam membuat
uraian/deskripsi pekerjaan dan analisis seharusnya dilepaskan, meskipun tidak
mungkin mendapatkan objektivitas yang absolut. Dengan kata lain, objektivitas
dalam seleksi pegawai adalah kesimpulan yang diambil sebagai hasil penelaahan,
minimum hasil observasi meskipun sifatnya hanya sementara. Objektif tidak
bergantung pada faktor yang subjektif sifatnya, seperti agama, hubungan
keluarga, suku, dan marga. Kriteria dasar seleksi pegawai yang diperlukan untuk
memperoleh pegawai yang berdaya guna dan berhasil guna serta profesionalisme,
minimum harus memenuhi syarat: (a) Berpedoman pada laporan analisis pekerjaan
dan rencana perekrutan pegawai; (b) Efisien dan efektif; (c) Memperhatikan
peraturan dan ketentuan yang berlaku; (d) Dilakukan secara objektif dan jujur,
dan (e) Dilakukan dengan profesional
d. Seleksi
harus berpedoman pada laporan analisis pekerjaan dan rencana perekrutan pegawai
Dalam uraian/deskripsi pekerjaan dan persyaratan
pekerjaan yang merupakan hasil proses analisis pekerjaan, secara jelas terlihat
rincian tugas dan tanggung jawab, serta kriteria yang harus dipenuhi para
pencari kerja yang mengajukan lamaran kepada organisasi. Oleh karena itu,
uraian/deskripsi pekerjaan dan kualifikasi/persyaratan pekerjaan harus
dijadikan pedoman dalam seleksi pegawai. Selain itu, rencana perekrutan pegawai
yang ditetapkan sebelumnya harus dijadikan pedoman, agar efektivitas seleksi
pegawai dapat dijamin keberhasilannya. Tanpa berpedoman pada laporan analisis
pekerjaan dan rencana perekrutan pegawai, seleksi pegawai yang dilakukan
kemungkinkan tidak akan berhasil.
Bagi manajemen profesional, pedoman dan petunjuk teknis
seleksi tenaga kerja dijadikan norma dasar yang dijadikan acuan dalam setiap
perencanaan dan pelaksanaan seleksi pegawai setiap waktu. Pedoman dan petunjuk
teknis tersebut merupakan titik dasar bagi pelaksanaan seleksi pegawai dari
mana kegiatan tersebut diawali. Selanjutnya, tinggal disesuaikan dengan laporan
analisis pekerjaan dan rencana perekrutan pegawai serta situasi tertentu
apabila dipandang perlu.
e.
Efisien dan efektif
Seleksi efisien berarti pelaksanaan seleksi pegawai tidak
hanya memerlukan alokasi dana tetapi juga dapat menentukan dan memilih pegawai
yang benar-benar cakap dan diperkirakan mampu memegang jabatan/pekerjaan yang
bakal diberikan kepadanya. Adapun efektif berarti seleksi pegawai sesuai
alokasi waktu dan rencana yang ditetapkan.
f.
Memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku
Dalam melaksanakan seleksi pegawai, manajemen pegawai
haruslah selalu memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku, baik yang
dikeluarkan organisasi maupun pemerintah, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Artinya, pelaksanaan seleksi pegawai tidak boleh melanggar peraturan dan
ketentuan tersebut. Misalnya, ketentuan internasional dan pemerintah Indonesia
melarang organisasi mempekerjakan pegawai di bawah umur. Meskipun dalam
analisis pekerjaan tidak disebutkan secara jelas larangan tersebut, manajemen
pegawai khususnya bagian seleksi harus memahaminya. Konsekuensi akibart
ketidakcermatan dalam memegang teguh norma yang berlaku dapat mengakibatkan
pemberian sanksi oleh pemerintah terhadap organisasi atas kelalaian pada
peraturan dan ketentuan yang telah berlaku.
g.
Dilakukan secara objektif dan jujur
Objektivitas dan kejujuran dalam mengadakan seleksi
merupakan kunci sukses penentuan sumber daya awal yang akan menjadi soko guru
organisasi. Agar seleksi pegawai berhasil menentukan dan memilih pegawai sesuai
dengan yang diharapkan, bagian seleksi harus objektif dan jujur.
Bagian seleksi pegawai harus objektif, berarti lebih
menekankan pertimbangan rasional daripada perasaan dalam menyeleksi pegawai.
Hal ini perlu ditekankan karena pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak
bagian seleksi pegawai dalam menentukan dan memilih pegawai terpengaruh faktor
subjektif, antara lain hubungan keluarga, suku, agama, kedaerahan, warga dan
teman.
Kejujuran bagian seleksi pegawai mutlak diperlukan untuk
menghindari penyuapan oleh calon pegawai agar diluluskan, meskipun calon
pegawai kurang memenuhi kriteria organisasi. Apabila terjadi hal itu, metode
seleksi yang tepat dan bagian seleksi yang profesional hampir tidak ada artinya
karena penilaian bagian seleksi tidak menekankan kemampuan yang dimiliki calon
pegawai, tetapi lebih mengutamakan uang suap yang diterimanya. Ketidakjujuran
bagian seleksi harus bena-benar diperhatikan setiap organisasi yang
menginginkan pegawai yang tepat sesuai dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.
Apabila dalam organisasi terdapat bagian seleksi pegawai
yang tidak objektif dan tidak jujur, manajemen pegawai harus segera memutasikan
pegawai tersebut, bahkan kalau perlu mendemosikan ke pekerjaan lain. Apabila
hal ini dibiarkan berlarut-larut, dampak negatif akan menimpa organisasi, yaitu
diperolehnya pegawai yang tidak sesuai dengan karakteristik pekerjaan.
h. Dilakukan
dengan profesional
Kriteria dasar seleksi pegawai yang tidak kalah penting
adalah bagian seleksi pegawai harus profesional. Kriteria dasar ini memiliki
pengaruh besar terhadap berhasil/tidaknya pelaksanaan seleksi pegawai untuk
memperoleh pegawai yang sesuai dengan yang diharapkan. Bagaimanapun mujarabnya
metode seleksi pegawai yang digunakan, tanpa dilakukan seleksi yang
profesional, kemungkinan seleksi pegawai yang dilakukan pun akan kurang dapat
mencapai sasaran yang dikehendaki.
Setiap metode seleksi pegawai hendaknya diterapkan bagian
seleksi pegawai yang profesional dalam bidangnya. Apabila yang melaksanakan
bukan yang benar-benar profesional, tidak mustahil akan menimbulkan kondisi
yang tidak diinginkan.
3. Proses Seleksi Personil
Ada beberapa langkah penting dalam menetapkan suatu
proses saringan personil. Tiap langkah masing-masing menyumbang kepada dayaguna
seleksi.
a. Merumuskan dengan teliti peranan-peranan.
Adalah penting untuk memiliki konsep yang jelas tentang pengharapan yang
dikaitkan kepada setiap kedudukan yang lowong. Tugas kewajiban bakal pengisi
kedudukan-kedudukan itu harus ditetapkan dengan jelas dan disusun dalam bentuk
spesifikasi pekerjaan. Pengharapan staf pengajar sekolah maupun masyarakat
hendaknya tercermin dalam spesifikasi itu. Lebih-lebih arah pertumbuhan yang
diharapkan hendaknya dirumuskan dengan jelas dan dibicarakan dengan para calon pegawai.
Jadi, perumusan peranan-peranan itu hendaknya meliputi sumbangan awal maupun
yang mungkin di kemudian hari dari para calon pegawai.
b. Menetapkan standar seleksi. Deskripsi
pekerjaan secara tertulis itu harus memberi petunjuk kepada standar seleksi.
Standar seleksi ini meliputi: (a) umur; (b) kesehatan fisik; (c) pendidikan;
(d) pengalaman bekerja; (e) tujuan-tujuan; (f) perangai; (g) pengetahuan umum;
(h) keterampilan komunikasi; (i) motivasi; (j) minat; (k) sikap dan
nilai-nilai; (l) kesehatan mental; (m) kepantasan untuk bekerja dengan murid,
anggota staf sekolah, dan masyarakat; dan (n) faktor-faktor lain yang mungkin
ditetapkan secara khusus oleh pemerintah.
c. Banyak di
antara faktor-faktor ini sukar untuk dinilai. Karena itu hendaknya dibuat
persetujuan di antara orang-orang yang diberi tanggung jawab atas seleksi
menegnai jenis bukti yang harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan tiap
faktor masing-masing.
d. Mengidentifikasi calon-calon yang memberi
harapan baik. Calon-calon yang baik dari dalam maupun dari luar sistem
sekolah hendaknya dipertimbangkan. Daftar calon yang memperlihatkan harapan
baik mungkin dapat dihasilkan melalui: (a) pemeriksaan daftar pelamar yang
lebih dulu di departemen pendidikan dan di kantor-kantor penempatan pegawai;
(b) wawancara dengan para pelamar; dan (c) kunjungan ke kampus-kampus LPTK,
universitas, dan lembaga lain yang mendidik bakal guru untuk mengadakan
wawancara dengan para bakal calon.
e. Mengumpulkan informasi yang diperlukan.
Setiap pelamar untuk suatu kedudukan harus menyampaikan salinan ijazah, program
pendidikan, dan bukti-bukti lain yang diperlukan. Calon-calon yang nampaknya
memberi harapan paling baik harus diminta datang untuk diwawancarai.
f. Menilai bakal calon. Hendaknya dibuat
persiapan untuk menilai kesanggupan tiap pelamar melalui wawancara pribadi.
Selama proses penilaian ini hendaknya diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk
memperoleh penilaian yang teliti tentang kesanggupan pelamar untuk memenuhi
pengharapan-pengharapan yang dikaitkan kepada jabatan yang akan diisi itu, dan
untuk menjaga bahwa pengharapan-pengharapan itu tidak bertentangan dengan
kebutuhan dan motivasi pelamar. Adalah jauh lebih baik untuk mengetahui setiap
batas yang serius selama proses seleksi itu daripada menggunakan banyak waktu
dan sumber organisasi dalam tindakan pembetulan kemudian setelah calon itu
diangkat.
g. Memiliki dan mengusulkan pengangkatan calon.
Selesai penilaian semua bukti yang tersedia tentang setiap calon, pelamar yang
paling memenuhi untuk kedudukan yang lowong itu harus dipilih. Pelamar itu
selanjutnya, melalui proedur yang telah ditetapkan, harus diusulkan kepada
departemen pendidikan untuk memperoleh persetujuan untuk diangkat oleh yang
berwajib.
Prosedur seleksi personil seperti digambarkan di muka
didasarkan pada asumsi bahwa lembaga-lembaga pendidikan guru menghasilkan bakal
guru dalam jumlah dan jenis yang mencukupi kebutuhan sekolah-sekolah dan bahwa
pekerjaan guru cukup menarik bagi para lulusannya, sehingga setiap kedudukan
yang lowong akan menarik banyak pelamar. Dalam kenyataannnya, khususnya
sekolah-sekolah menengah umum dan kejuruan, pada dewasa ini sulit untuk
memperoleh pelamar-elamar bakal guru dalam mata-mata pelajaran tertentu,
disebabkan karena jumlah mereka masih terlalu sedikit atau mereka lebih suka
untuk memilih pekerjaan bukan guru. Dalam situasi serupa itu prosedur-prosedur
seleksi yang teliti tak mungkin diterapkan, dan sekolah-sekolah terpaksa
berjalan dengan tenaga apa adanya.
4. Cara dan Metode Seleksi
Ada dua bentuk informasi yang hendak dicapai dari proses
seleksi, yakni informasi tentang diri pelamar dan informasi tentang organisasi
dan pekerjaan yang tersedia. Informasi tentang pelamar dibutuhkan oleh
organisasi untuk menetapkan apakah pelamar bersangkutan memenuhi harapan
organisasi. Sementara informasi tentang organisasi dibutuhkan agar pelamar
dapat mengukur kompetensi dirinya.
Sebelum calon pegawai diseleksi sesuai dengan metode yang
akan digunakan, sebaiknya calon pegawai diberikan formulir isian (lembar daftar
pelamar) yang memuat pertanyaan untuk diisi. Pertanyaan yang diberikan kepada
calon pegawai harus jelas dan disusun sedemikian rupa sehingga mudah dijawab
calon pegawai. Tujuan pengisian formulir tersebut adalah untuk merekam hal-hal
berikut:
- Memberikan
gambaran umum tentang pribadi pelamar;
- Mendapatkan
kesan watak dan karakter kepribadian pelamar;
- Memperoleh
kepastian apakah calon pegawai memenuhi kriteria yang diminta dan mempunyai
kecakapan;
- Untuk
menentukan calon pegawai mana yang harus dicalonkan dan dipanggil untuk
mengikuti seleksi tahap berikutnya.
Oleh karena itu pada garis besarnya, seleksi pegawai
dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan ketegasan tentang kecakapan,
kepribadian, kebiasaan, dan data lain, serta keterangan yang dianggap perlu
untuk mendapatkan pegawai yang berdaya guna dan berhasil guna. Untuk menjamin
keberhasilan tujuan yang diharapkan perlu menggunakan metode seleksi tertentu,
meliputi: seleksi persyaratan adaministrasi, pengetahuan umum, psikologi,
wawancara, dan referensi.
a.
Seleksi Persyaratan Administrasi
Tahap pertama yang harus ditempuh bagian seleksi pegawai
adalah mengadakan pemeriksaan persyaratan administratif yang harus dipenuhi
para pelamar untuk mengetahui lengkap tidaknya persyaratan tersebut. Seleksi
administratif meliputi pengisian formulir yang disediakan organisasi,
persyaratan sebagai lampiran surat lamaran, dan persyaratan finansial jika
dipandang perlu. Kekuranglengkapan persyaratan administratif perlu
dipertimbangkan dan bila perlu dikembalikan kepada yang bersangkutan agar
dilengkapi, selanjutnya dimasukkan ke bagian seleksi pada batas waktu yang
telah ditentukan.
Formulir tersebut biasanya memuat keterangan dan data
pribadi mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) Mengenai pribadi,
misalnya nama lengkap dan tempat tinggal;
2) Keterangan
perorangan: umur, status perkawinan, tanggungan, jumlah saudara, tempat, dan
alamat orang tua;
3) Keterangan fisik,
tinggi badan, berat badan, kesehatan, dan ciri khusus lainnya;
4) Pendidikan:
sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas,
diploma, sarjana, pascasarjana, dan sebagainya.
5) Pengalaman kerja:
di mana pernah bekerja, berapa lama, bagian apa, mengapa berhenti, dan
sebagainya.
6) Keterangan lain:
hobi, prestasi lain, dan sebagainya.
Persyaratan sebagai lampiran biasanya bergantung pada
permintaan organisasi bersangkutan yang harus dipenuhi para pelamar. Biasanya
syarat yang harus dipenuhi para pelamar yang merupakan lampiran surat lamaran,
antara laian:
1) Fotokopi ijazah
serta sertifikat pelatihan/kursus yang telah dimiliki;
2) Daftar riwayat
hidup;
3) Surat keterangan
berkelakuan baik dari kepolisian;
4) Surat keterangan
sehat dari dokter;
5) Kartu tanda bukti
mencatatkan diri dari departemmen/dinas pegawai setempat;
6) Pas foto sesuai
dengan permintaan;
7) Fotokopi kartu
tanda penduduk;
8) Surat keterangan
pengalaman kerja.
Persyaratan administratif yang menyangkut finansial,
jumlahnya bergantung pada ketentuan organisasi. Namun, sebaiknya hal ini tidak
dilakukan organisasi dengan pertimbangan dan kebijakan mengingat kondisi para
pencari kerja. Biaya seleksi yang sewajarnya apabila menjadi tanggung jawab
penuh organisasi yang menyelenggarakan seleksi pegawai.
b. Seleksi
Pengetahuan Umum
Seleksi pengetahuan umum biasanya dilakukan secara
tertulis mengingat yang diberikan cukup banyak dan memerlukan pemikiran yang
tak sembarangan. Pengetahuan umum meliputi:
1) Pengetahuan umum
yang berhubungan dengan ruang lingkup organisasi, menurut pandangan praktis
maupun teoritis.
2) Pengetahuan umum
yang berhubungan dengan sistem ketatanegaraan Indonesia termasuk
kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai organisasi yang relevan dengan
usahanya.
Pelaksanaan seleksi pengetahuan umum dapat berupa
soal-soal objektif, dalam lembaran seleksi telah tersedia jawaban-jawaban,
calon pegawai tinggal memilih jawaban yang dinggap tepat. Selain itu, dapat
pula berupa soal-soal yang bersifat essay yang memerlukan jawaban bebas dari
calon pegawai berupa uraian singkat tetapi jelas.
c.
Seleksi Psikologi
Seleksi ini diadakan dengan maksud untuk mengetahui
keadaan diri serta kesanggupan calon pegawai terhadap kemungkinan dalam
memangku pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Secara garis besarnya,
seleksi psikologi dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam, yaitu tes hasil
kerja, tes bakat, tes kecerdasan, tes minat dan tes kepribadian.
1)
Tes Hasil Kerja (Achievement Test)
Tes Hasil Kerja (Achievement Test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur hasil kerja para
pelamar. Tes demikian menunjukkan apa yang dapat dikerjakan sekarang.
Kadang-kadang tes ini juga disebut proficiency
test, yaitu tes kepandaian atau tes kecakapan/keahlian. Tujuan tes ini
adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan bekerja yang dimiliki para pelamar,
serta prediksi terhadap kecakapan mengerjakan suatu jenis pekerjaan setelah
diberikan induksi, orientasi, pendidikan, dan pelatihan.
2) Tes
Bakat/Pembawaan (Aptitude Test)
Tes bakat/pembawaan adalah tes untuk mengukur bakat atau
kemampuan yang mungkin telah dikembangkan atau masih terpendam, dan tidak
digunakan. Tujuan penyelenggaraan tes ini adalah untuk memprediksi kecakapan
belajar para pelamar di kemudian hari, bukan kecakapannya untuk mengerjakan
tugas pekerjaan yang sekarang.
3) Tes Kecerdasan
(Intellegence Test)
Kualitas kecerdasan seseorang sering dinyatakan dengan intellegence quotient (IQ). Tes
kecerdasan adalah tes yang digunakan baik dalam seleksi maupun untuk
peningkatan (upgrading). Pengukuran
kecerdasan sering dilakukan pertama-tama dalam program pengujian, karena
pengukuran ini memberikan suatu bentuk pengukuran yang pokok atau yang utama.
Tes kecerdasan adalah tes untuk mengukur kemampuan berpikir.
4) Tes Minat
(Interest Test)
Tes minat adalah tes untuk mengetahui luasnya minat para
pelamar. Tes minat merupakan segala jenis tes psikologi yang bermaksud untuk menentukan
aktivitas mana yang paling menarik perhatian seorang calon pegawai.
5) Tes Kepribadian
(Personality Test)
Kepribadian menunjukkan individu secara keseluruhan, cara
berpikir, merasakan, bertindak, cara bergaul dengan orang lain, cara
penyesuaian diri dengan lingkungannya. Semuanya merupakan sifat penting yang
membedakan masing-masing individu dengan orang lain. Tes kepribadian ini adalah
suatu tes untuk mengukur atau menilai sifat kepribadian yang dimiliki para pelamar.
d. Seleksi
Wawancara (Interview Test)
Seleksi wawancara sebagai salah satu proses seleksi
pegawai adalah suatu pertemuan pribadi antara seorang calon pegawai dengan
bagian seleksi pegawai. Dalam mengadakan wawancara harus diusahakan supaya
calon pegawai berbicara sebanyak-banyaknya dari para pelamar. Pertanyaan yang
akan diajukan dan kualifikasi pendidikan dan pengalaman calon pegawai hendaknya
disusun dan ditetapkan terlebih dahulu. Wawancara pada hakikatnya adalah tanya
jawab yang dilakukan dengan hubungan tatap muka (face to face relations) melalui komunikasi secara lisan.
Kadang-kdang wawancara merupakan metode utama, tetapi ada kalanya sebagai
metode penunjang. Sebagai metode utama digunakan dalam mengungkapkan
kepribadian secara menyeluruh dalam kerangka personal counsulting. Selain itu, umumnya merupakan metode
penunjang.
Wawancara pada dasarnya adalah proses tanya jawab secara
lisan yang dilakukan calon pegawai (interviewee)
dengan bagian seleksi pegawai (interviewer)
untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan diri interviewee dalam rangka penentuan dan
pemilihan pegawai yang tepat pada posisi yang tepat. Dengan kata lain,
wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan secara lisan/oral untuk
mencari dan mendapatkan bahan yang lebih mendalam mengenali motif yang menjadi
keyakinannya, apa yang menjadi harapan, cita-cita, ciri-ciri khusus, dan yang
sejenisnya.
Agar sasaran pelaksanaan prinsp dasar wawancara dapat
tercapai, perlu diperhatikan prinsip-prinsip performance, potential improvement, skill profile achievement,
personality attitude, dan specific
values.
1)
Performance
Performance
Performance adalah
penampilan diri interviewee (calon pegawai) mulai saat pemunculannya di hadapan
interviewer, selama interview (wawancara) maupun sampai dengan pihak
interviewee meninggalkan ruang wawancara. Adapun pengamatan yang dapat
dilakukan anatara lain:
a) cara
berpakaian, berjalan, menghadap, bicara, dan duduk;
b) gerakan atau
penampilan lainnya yang dapat didengar, dan dilihat pewawancara.
2) Potential
Improvement
Potential
improvement adalah beberapa ciri (traits)
potensi atau kemampuan dasar yang sekiranya dapat dikembangkan. Adapun
ciri-ciri kemampuan dasar dapat diungkapkan dengan tinggi rendahnya hal-hal
berikut:
a) kemampuan
intelegensi umum (general intelligence),
dapat ditunjukkan dengan jawaban yang selalu logis, sistematis, relevan, serta
terarah;
b) disamping itu,
dapat dilihat dari jawaban yang kreatif, inisiatif, persepsi yang cepat,
responsive, analisis, idealisme yang praktis, dan pragmatis.
3) Skill Profile
Achievement
Ada gambaran dan
prediksi ke dapan tentang kemampuan atau kecakapan yang dimiliki berdasarkan
kemampuan yang diperoleh sebelumnya. Untuk itu dapat diidentifikasi melalui
pengamatan atas hasil jawaban terhadap hal-hal sebagai berikut:
a) Sejauh mana
prinsip dasar yang telah dikuasainya tentang profesi dan kualifikasi yang
dimilikinya;
b) Bagaimana tinjauan
sasat ini dan saat mendatang oleh calon pegawai dalam bidang profesi/kualifikasinya
tersebut;
c) Kemampuan
tersebut baik dalam hubungannya dengan masalah makro umum, khusus, maupun
kejuruan.
4) Personality
Attitude
Personality
attitude adalah sifat dan sikap kejiwaan yang memberi ciri dan garis kehidupan
calon pegawai. Ciri-ciri kehidupan sulit diungkapkan dalam kesempatan wawancara
sesaat. Namun demikian, hal itu penting untuk sekedar memberikan gambaran umum
yang cukup relevan, dengan sasaran sebagai berikut:
a) Motivasi
yang dapat diidentifikasi melalui: Intensitas kemauan terhadap kebutuhan dan
Tingkat emosional terhadap kebutuhan.
b) Kejujuran yang
dapat ditunjukkan dengan keterusterangan, baik atas kelebihan dan
kekurangannya.
c) Kematangan
yang ditunjukkan dengan sikap tenang, mantap, tidak gusar, sistematis, dan
terarah, serta memiliki tingkat emosionalitas yang tampak terkendali, bagai
orang yang telah berpengalaman, dan sebagainya.
d) Kerja sama yang
dapat ditunjukkan dengan ucapan dan sikap loyal, saling mengerti dan menghormati,
tidak egois, dan tidak membangkang.
e)Kepemimpinan
menunjukkan sikap terhadap cara mengadakan perumusan/penyusunan keputusan yang
cepat dan logis, dapat melokalisasi/mengorganisasi permasalahan dan uraian,
menggunakan cara pendekatan yang efektif dan efisien.
5) Specific Values
Penilaian terhadap
unsur-unsur tersebut, kiranya dalam proses wawancara dapat pula diungkapkan
dengan segala sesuatu yang menyangkut diri pihak calon pegawai, antara lain:
a) Latar
belakang pribadi, keluarga, dan sosialnya
b) Konsekuensi
adminsitratif pengangkatan sebagai karyawan
c) Spesifikasi
lainnya yang ikut berpengaruh atas keberhasilan wawancara;
d) Hal-hal luar biasa
(characteristic) seperti pekerjaan
penting (besar) yang pernah dilakukaannya, atau hasil luar biasa yang pernah
dicapai.
e.
Seleksi Referensi
Seleksi Referensi
Sebagai proses terakhir dalam seleksi pegawai adalah
meminta referensi dari pegawai. Kegiatan ini dimaksudkan agar calon pegawai
menunjuk beberapa orang, baik pegawai organisasi maupun orang di luar
organisasi yang dapat memberikan keterangan tentang diri pelamar, baik tentang
pribadi, pengalaman, kecakapan, ketrampilan, hal-hal khusus yang dimiliki, dan
sebagainya. Keterangan tersebut bisa secara lisan maupun tertulis, tetapi
kebanyakan bagian seleksi pegawai lebih menekankan referensi tertulis.
Referensi semacam ini dapat pula diperoleh dari badan
usaha atau organisasi/instansi tempat calon pegawai sebelumnya sudah bekerja,
penggunaan referensi untuk keperluan pegawai yang lulus seleksi. Waktu dan
tempat pengumuman bergantung kebijakan yang diambil, namun sebaiknya jaraknya
tidak terlalu lama dengan pelaksanaan seleksi pegawai.
Bagi organisasi besar yang menerima banyak pegawai,
pengumuman hasil seleksi sebaiknya juga diumumkan melalui media massa, baik
cetak maupun elektronik. Hal ini untuk menghindari berjubelnya calon pegawai
yang melihat pengumuman dan kemungkinan buruk akibat tidak diterimanya para
pelamar yang telah mengikuti seleksi.
0 comments:
Posting Komentar