CATATANKU, SEMOGA JADI TULISANKU

CATATANKU, SEMOGA JADI TULISANKU



MISI

CATATANKU, SEMOGA JADI TULISANKU



Sabtu, 07 Desember 2013

PROGRAM ,METODE PEMBELAJARAN, SERTA PEMBERDAYAAN SUMBER BELAJAR

                Kepala sekolah dan calon kepala sekolah pada “era keunggulan” menjadi suatu tuntutan, diharapkan dapat mengimbanginya dengan memperkaya dirinya oleh berbagai kompetensi, keterampilan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk membekali berbagi tuntutan tersebut, pada mata diklat ketiga ini disajikan materi yang mencakup penyusunan dan pengembangan rencana dan program pembelajaran sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan; berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional sesuai dengan materi pembelajaran; pengembangan sumber daya dan alat pembelajaran di sekolah untuk digunakan dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; serta teknik-teknik penilaian hasil belajar yang harus dikuasai dan diterapkan dalam pembelajaran.

Pengembangan Rencana dan Program Pembelajaran
Salah satu tugas pokok dan fungsi kepala sekolah adalah menyusun rencana dan program sekolah yang merupakah pernyataan kehendak bersama dari mulai kepala sekolah, guru, tenaga administrasi sekolah, peserta didik, orang tua peserta didik, dan komite sekolah tentang arah dan pedoman penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Penyusunan rencana dan program sekolah ini biasa dituangkan ke dalam silabus, sebagaimana dijelaskan pada uraian di bawah.

1.     Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.


2.     Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus
Dalam mengembangkan silabus satuan pendidikan, para pengembang harus memperhatikan prinsip-prinsip:  ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh,

Diagram Alur Penyusunan Silabus Mata Pelajaran


Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur berikut :
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan: (1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi; (2) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran; dan (3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.



Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non-tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah diiniliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
potensi peserta didik;
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
kebermanfaatan bagi peserta didik;
struktur keilmuan;
aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, khususnya dunia kerja;
alokasi waktu.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerininkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.


Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah ininggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per ininggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau alat/bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta maten pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapalan kompetensi.

3.     Silabus Mata Pelajaran dan Implementasinya
Silabus mata pelajaran
Disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru yang mengajarkan mata pelajaran yang sama pada tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok sekolah, dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.
Implementasi pembelajaran per semester
Penggalan silabus kelompok program normatif dan adaptif sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta alokasi waktu yang tersedia pada stwktur kurikulum.
Penggalan silabus kelompok program produktif ditetapkan berdasarkan satuan kompetensi sesuai dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning).
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

4.     Komponen dan Format Silabus
Komponen Silabus
Identitas
    Berisi identitas sekolah, bidang/program keahlian, standar kompetensi, mata pelajaran, kelas/semester, durasi pembelajaran, kode kompetensi (khusus untuk kompetensi kejuruan).
Standar kompetensi
    Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya kualifikasi peserta didik.
Kode kompetensi
    Yang dimaksud dengan kode kompetensi adalah Kode standar kompetensi yang merupakan identitas standar kompetensi. Kompetensi kejuruan menggunakan kodefikasi yang terdapat pada SKKNI. Bagi mata pelajaran yang belum memiliki kode standar kompetensi, sekolah dapat mengembangkan model kodefikasi sendiri.
Kompetensi dasar
    Kompetensi dasar merupakan sejumlah tugas/kemampuan untuk mendukung ketercapaian standar kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati.
Indikator
    Indikator merupakan pemyataan yang mengindikasikan ketercapaian kompetensi dasar yang dipersyaratkan, dapat diukur, dan durumuskan dalam kata kerja operasional.
Materi pembelajaran
    Merupakan substansi pembelajaran utama yang berfungsi menunjang pencapaian kompetensi dasar, mencakup keseluruhan ranah kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap).
    Materi pokok/materi pembelajaran dirumuskan mengacu pada indikator pencapaian kompetensi/kriteria kinerja.
Kegiatan pembelajaran
    Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau mental yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar sesuai dengan indikator/kritena kinerja. Kegiatan pembelajaran dirancang secara utuh (komprehensip), sistematis dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran disusun dengan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup/kompetensi kunci (untuk kompetensi kejuruan), keunggulan lokal dan global, serta lingkungan hidup.
Penilaian
    Penilaian merupakan proses membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan indikator pencapaian kompetensi/kriteria kinerja.
    Metode penilalan yang digunakan dalam bentuk tes dan non tes disesualkan dengan karakteristik indikator pencapalan kompetensi/ kriteria kinerja dan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Alokasi waktu
    Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar yang dirinci ke dalam jumlah jam pembelajaran untuk tatap muka (teori), praktik di sekolah.
Sumber belajar
    Sumber belajar adalah rujukan, objek danlatau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
    Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapalan kompetensi/kriteria kinerja.

C.     Metode Pembelajaran
Para desainer kurikulum dan para programmer pendidkan dan pelatihan harus mengenal dengan baik dan menguasai, serta yang paling penting mampu menggunakan dengan tepat berbagai metode yang tersedia. Dalam mata diklat ini disajikan informasi penting mengenai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode tersebut dapat dipilih dan digunakan metode: (1) Alur Tindakan (action maze), (2) Curah Gagasan (Brainstorming), (3) Kelompok sibuk (buzz groups), (4) Studi kasus (case study), (5) Teknik Delphi (Delphi Technique), (6) Demonstrasi (demonstration), (7) Diskusi (discussion), (8) Latihan (exercise), (9) Akuarium (fishbowl), (10) Permainan (game), (11) Kotak surat masuk (in-basket), (12) Proses insiden (incident process), (13) Pemodelan interaktif (interactive modeling), (14) Wawancara (interview), (15) Kontrak pembelajaran (learning contracts), (16) Ceramah (lecture), (17) Panel, (18) Pengajaran terprogram (programmed instruction), (19) Pertanyaan (questioning), (20) Membaca (reading), (21) Permainan peran (role play), (22) simulasi (simulation), dan (23) inkuairi. Masing memiliki kelebihan dan kelemahan.. Metode Pembelajaran Inkuiri merupakan metode yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan intelektual menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
Metode Pembelajaran Kooperatif (MPK) adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa/peserta diklat dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam MPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
Salah satu metode pembelajaran kelompok adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning-MPK). MPK merupakan metode pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa basil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan din dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga din. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Metode Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dan setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi deini keberhasilan kelompok.
MPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dan pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang menarik dari MPK adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta yang dianggap lemah, harga diri, norma akadeinik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
Metode pembelajaran ini bisa digunakan manakala: (1) Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individual dalam belajar, (2) Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar, (3) Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dan teman lainnya, dan belajar dan bantuan orang lain, (4) Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dan isi kurikulum, (5) Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi mereka, (6) Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu :
Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
    Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
    Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dan masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability)
    Prinsip ini merupakan konsekuensi dan prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.
Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction)
    Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dan budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akadeinik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.
Partisipasi dan Komunikasi (Participation Coinmunication)
    Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan; cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna. Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik.
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: 1. penjelasan materi; 2. belajar dalam kelompok; 3. penilaian; dan 4. pengakuan tim.
Penjelasan Materi
    Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokokpokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
Belajar dalam Kelompok
    Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokokpokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam SPK bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonoini, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dan satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dan kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
Penilaian
    Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki niai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
Pengakuan Tim
    Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning-CTL)
CTL adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta/siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dan pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meininta tanggapan dan yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan herdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap Model pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan suatu model.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap instruktur perlu memahami tipe belajar dalam dunia peserta, artinya instruktur perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar peserta. Dalam proses pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap instruktur manakala menggunakan pendekatan CTL.
Peserta dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang diinilikinya. Peserta adalah orang dewasa dalam bentuk kecil- sebagai peserta diklat, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran instruktur bukanlah sebagai “penguasa” yang memaksakan kehendak melainkan sebagai pembimbing peserta agar mereka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Setiap peserta memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan. Kegemaran peserta adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itulah belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, instruktur berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh peserta.
Belajar bagi peserta adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian, peran instruktur adalah membantu agar setiap peserta mampu menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
Belajar bagi peserta adalah proses menyempurnakan skema yang telah ada (asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodation), dengan demikian tugas instruktur adalah memfasilitasi (mempermudah) agar peserta mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam contoh tersebut dipaparkan perbandingan antara bagaimana instruktur menerapkan pembelajaran dengan pola konvensional dan dengan pola CTL.

Metode Pembelajaran Konvensional
Ciri-ciri penggunaan mmetode pembelajaran konvensional
Peserta disuruh untuk membaca buku tentang pasar.
Instruktur menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terkandung dalam indikator hasil belajar.
Instruktur memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya manakala ada hal-hal yang dianggap kurang jelas (diskusi).
Instruktur mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dilanjutkan dengan menyimpulkan.
Instruktur melakukan post-tes evaluasi sebagai upaya untuk mengecek terhadap pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
Instruktur menugaskan kepada peserta untuk membuat karangan sesuai dengan tema.
Dari model pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali instruktur. Peserta diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman belajar peserta terbatas, hanya sekadar mendengarkan. Mungkin terdapat pengembangan proses berpikir, tetapi proses tersebut sangat terbatas dan terjadi pada proses berpikir taraf rendah. Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka jelas faktor-faktor psikologis peserta tidak berkembang secara utuh, misalnya mental dan motivasi belajar peserta.

Metode Pembelajaran CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL instruktur melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini.

Pendahuluan
Instruktur menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dan proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
Instruktur menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta.
Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan. Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut.
Instruktur melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta.

Inti Di Lapangan
Peserta melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
Peserta mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Inti Di Dalam Kelas
Peserta mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Peserta melaporkan hasil diskusi.
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

Penutup
Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
Instruktur menugaskan peserta untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”.

D.     Teknik Penilaian Hasil Belajar
Gagasan tentang penilaian telah mengalami perubahan penting. Dalam pandangan yang baru, proses pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Penilaian memberikan informasi tentang pencapai penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik. Sementara itu, guru merancang dan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, melalui penilaian guru akan memperoleh informasi tentang bagaimana seharusnya guru merancang/mendesain pembelajaran dan bagaimana seharusnya peserta didik belajar.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan c. penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik diakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semestaer dan ulangan kenaikan tingkat. Penilain hasil belajar menggunakan berbagai instrument, baik tes maupun non-tes atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan terhaap semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu, pengetahuan dan teknologi melalui ujian sekolaha/madrasah merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu, pengetahuan dan teknologi dilakukan dalm bentuk ujian nasional. Terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasiona bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dan kurikulum yang berorientasi pada isi pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum) memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan terjadi pada proses pembelajaran, dan proses pembelajaran yang menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi pelajaran) pada satu semester oleh siswa. Dengan demikian dalam implementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan Model dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Dalam penetapan kriteria keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KTSP keberhasilan ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance siswa seharian.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap paradigma ke penilaian dengan menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimana implementasinya berdasarkan kompetensi, ada dua hal penting yang harus dipahami tentang evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab evaluasi dalam konteks kompetensi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi juga pada proses pembelajaran (process oriented), sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan.
Kedua, dalam konteks KTSP, evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilarmnya sendin dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya. Melalui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu yang wajar yang haruss dilaksanakan.
Dalam implementasi KTSP evaluasi harus mengacu pada kelas pembelajaran atau disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu :
Pertama, Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran, artinya bahwa penilaian ini dilakukan secara terus-menerus dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar kelas, seperti laboratorium atau di lapangan ketika siswa sedang melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dan proses pembelajaran.
Kedua, penilaian berbasis kelas, merupakan proses pengurupulan informasi yang menyeluruh, artinya dalam penilaian berbasis kelas, guru dapat mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif siswa seperti menggunakan tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, dan evaluasi terhadap produk atau karya siswa.
Ketiga, basil pengurupulan informasi dimanfaatkan untuk menetapkan tingkat penguasaan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator basil belajar seperti yang terdapat dalam kurikulum.
Keempat, basil pengurupulan informasi, digunakan untuk meningkatkan basil belajar siswa melalui proses perbaikan kualitas pembelajaran agar lebib efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, minimal ada tiga manfaat yang ingin dicapai oleh penilaian berbasis kelas:
Menjamin agar proses pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum.
Menentukan berbagai kelemahan dan kelebihan baik yang dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis kelemahan ini sangat berguna untuk perbaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Menentukan pencapaian kompetensi oleh siswa, apakah siswa telah mencapai seluruh kompetensi yang diharapkan atau belum; bagian kompetensi mana yang sudah berhasil dikuasai siswa, dan bagian mana yang belum berhasil dikuasai. Kesimpulan semacam ini sangat penting untuk diketahui sebagai bahan pelaporan baik kepada siswa itu sendiri, kepada orang tua, maupun kepada pihak lain yang dianggap perlu dan terkait dengan sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai alat untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itulah dalam proses pelaksanaannya, guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip: (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, dan (8) edukatif.

Penilaian dengan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan peserta didik, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman peserta didik itu? Inilah yang dimaksud dengan penilaian portofolio. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dan usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.
Melalui hasil karya tersebut guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil karya yang dihasilkan bisa hasil karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts), atau bisa juga hasil kerja peserta didik yang di lakukan di luar kelas (reproduction). Hasil karya peserta didik itu kemudian dinamakan evidence. Melalui evidence inilah, peserta didik dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat di antaranya:
Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekadar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan keterampilan.
Penilaian portofolio merupakan penilaian yang autentik. Artinya, penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Sebab portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang sekumpulan karya peserta didik. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong peserta didik pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempuma, peserta didik dapat belajar optimal, tanpa merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan sebab penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Setiap hasil kerja peserta didik dimonitor dan diberi komentar.
Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, oleh sebab setiap respons peserta didik dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian peserta didik akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dan proses pembelajaran yang dilakukannya.
Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran peserta didik. Hal ini disebabkan setiap perkembangan peserta didik yang digambarkan melalui hasil kerja peserta didik, orang tua dimintai komentarnya. Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah; (1) saling percaya, (2) keterbukaan, (3) kerahasiaan, (4) milik bersama, (5) kepuasan dan kesesuaian, (6) budaya pembelajaran, (7) refleksi, dan (8) berorientasi pada proses dan hasil. Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio, yaitu :
1.     Menentukan Tujuan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Apa yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk mengelola pembel ajaran Beberapa hal yang sangat penting sehubungan dengan penetapan tujuan portofolio dijelaskan berikut ini.
Dengan menggunakan portofolio, apakah tujuannya untuk memantau proses pembelajaran (process oriented) atau untuk mengevaluasi hasil akhir (product oriented) atau mungkin keduanya.
Apakah tujuan penggunaan portofolio itu sebagai proses pembelajaran atau sebagai alat penilaian?
Apakah portofolio itu digunakan untuk memantau perkembangan dan perubahan setiap siswa atau hanya bermaksud untuk mengoleksi dan mendokumentasikan hasil pekerjaan peserta didik.
Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung kepada pihak tertentu, misalnya kepada orang tua, atau koinite sekolah, dan lain sebagainya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat membantu dalam menentukan evidence siswa dan proses bagaimana evidence itu diperoleh sebagai bukti bahwa peserta didik telah mencapai suatu kompetensi sesuai dengan rumusan kurikulum.
2.     Penentuan Isi Portofolio
Isi dan bahan portofolio mempakan tahapan berikutnya setelah menentukan tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan apabila tujuan penggunaan portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam membuat sebuah karangan, maka isi portofolio adalah perkembangan kemampuan anak dan mulai mengembangkan ide atau gagasan, menentukan tema, menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan seterusnya hingga penyusunan karangan secara utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya berperan sebagai penerima informasi dan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi portofolio di antaranya:
Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence peserta didik sesuai dengan pengalaman belajar yang telah dilakukannya, atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap penting?
Apakah isi portofolio itu relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum?
Apakah portofolio itu berisi evidence peserta didik yang dikerjakannya sendiri atau hasil kerja kelompok?
3.     Menentukan Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya ditentukan kriteria penilaian dan aspek kesungguhan menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dan hasil belajar disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi.
4.     Pengamatan dan Penentuan bahan Portofolio
Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan bahan mana yang dianggap dapat dimasukkan ke dalam portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan.
Pengamatan dan penentuan bahan sebaiknya dilakukan oleh guru dan peserta didik secara bersama-sama. Peserta didik perlu dimintai pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya bahan mana yang harus dimasukkan. Hal ini penting untuk menjainin objektivitas penilaian portofolio.
5.     Menyusun Dokumen Portofolio
Langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio misalnya dalam bentuk folder yang dilengkapi dengan :
Identitas peserta didik
Mata pelajarari
Daftar isi dokumen
Isi dokumen beserta komentar-komentar baik dan guru maupun orang tua.
Latihan
Ada beberapa langkah dalam mengembangkan rencana dan program pembelajaran yang dituangkan dalam silabus, coba Anda berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan langkah-langkah tersebut.
Prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam pengembangan rencana dan program pembelajaran juga perlu ditepkan dalam kelompok kepala SMK dan SMA.
Sekali lagi dalam kelompok membuat contoh silabus untuk SMA bagi calon kepala SMA, dan silabus SMK untuk calon kepala SMK.
Salah satu metode pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan adalah metode inquiri. Coba Anda buat rencana tindak (action plan) untuk menerapkan metode tersebut.

0 comments: